Folklore berupa cerita turun temurun adalah kekayaan budaya yang harus dilestarikan karena hal tersebut menjadi petunjuk bahkan benang merah terhadap suatu kajian historiografi. Ada banyak folklore di Sukadana salah satunya adalah legenda mengenai suatu tempat, termasuk salah satunya adalah legenda mengenai Aki Bedang di Sungai Cisadap. Lokasi cerita ini berada di sekitaran Sungai Cisadap blok Cibuluh Dusun Margadanu Desa Margajaya Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis. Berikut kisah lengkapnya.
Alkisah, Pada zaman dahulu sekitar tahun 1800 tepatnya di blok Cibuluh (sekarang wilayah Desa Margajaya) ada sepasang pengantin yang sedang melangsungkan resepsi pernikahan. Pengantin Laki laki bernama Aki Bedang beliau tinggal di kampung Ci Nangka ia menikahi seorang wanita yang tidak di ketahui namanya. Mereka berasal dari kampung berbeda yang bersebrangan sehingga pada saat mereka melakukan tradisi nyembah (silaturahmi), sepasang pengantin beserta keluarga dan rombongannya diharuskan menyebrangi sebuah sungai, yang tepatnya bernama sungai Ci Sadap.
Pada saat itu, sepasang pengantin tersebut harus lebih dahulu menyebrangi sungai lalu diikuti rombongannya. Namun saat mereka ditengah perjalanan sungai, tanpa ada hujan dan angin tiba tiba banjir bandang melanda. Sepasang pangantin yang sedang bergandengan tangan hanyut hingga. Semua rombongan dalam keadaan panik berusaha menyelamatkan sepasang pangantin, namun usahanya sia sia. Selang beberapa minggu setelah kejadian, banyak keluarga terdekat Aki Bedang (pengantin Laki laki)bermimpi bahwa mereka yang hanyut terbawa arus sungai Ci Sadap telah menguasi sepanjang sungai itu, dan konon katanya sepasang pengantin tersebut mempunyai kerajaan “siluman” di sungai Ci sadap.
Bahkan setelah adanya kejadian tersebut sering terjadi banjir bandang yang bisa membuat padi, ikan dan apapun yang ada di sekitar sungai terseret terbawa arus. Salah satu keturunan Aki Bedang yang hingga kini masih hidup, mengatakan bahwa “jikalau terjadi banjir secara tiba tiba di sungai ci sadap, tandanya kerajaan siluman sedang mengadakan sebuah acara, sehingga membutuhkan banyak makanan dan mereka pun menggunakan arus tersebut untuk mendapatkan makanannya”.
Jikalau banjir sudah terjadi maka salah satu keturunan Aki Bedang harus berjalan di tepi sungai dan beliau membacakan semacam mantra/ jampe. Ia mengobrol seakan akan Aki Bedang hadir di hadapannya, beliau pun memohon supaya banjir ini segera surut. Hingga tak lama kemudian sungai yang awalnya banjir menjadi surut. Bahkan terjadi hal diluar nalar saat seorang warga yang berangkat ke hutan bersama saudaranya yang hendak mencari pakan domba di hutan. Karena perjalanan mereka dari rumah menuju hutan harus melewati sungai, maka mereka pun terpaksa menyusuri sungai untuk menyebrang. Pada saat mereka pulang dari hutan cuaca sore hari itu mendadak mendung bahkan air sudah berjatuhan sedikit demi sedikit dari langit ke bumi, tanpa berpikir dua kali merekapun langsung turun ke sungai untuk menyebrang meskipun air dalam keadaan banjir, setelah setengah perjalanan mereka di perintah oleh seorang nenek nenek bernama Rasminah yang konon katanya masih keturunan Aki Bedang untuk tidak meneruskan perjalanannya. karena khawatir nasibnya sama seperti halnya Aki Bedang. Mereka berdua pun kembali lagi ke tepi sungai karena nenek tadi berkat “lebih baik kalian pulang kembali. Karena di khawatirkan nasib kalian sama seperti Aki Bedang.” Setelah mereka sampai di tepi sungai. Nenek Rasminah pun membaca mantra/ jampe sebagai sarana berkomunikasi dengan Aki Bedang. Air yang mulanya banjir mendadak menjadi surut. Mereka berdua pun dapat menyebrangi sungai tersebut. Dan sampai sekarang sungai tersebut sering mengalami banjir bandang mendadak.
Penulis: Amalia Adzhanie Putri (MA Margajaya)
![](https://nonomangaluh.or.id/wp-content/uploads/2024/02/DJI_0005-3-1024x768.jpg)