Kesenian adalah hasil karya seni yang mengungkapkan keindahan serta ekspresi jiwa dan budaya penciptanya. Kesenian merupakan ekspresi pengalaman keindahan atau pengalaman estetik. Kesenian memiliki wujud yang cukup penting bagi masyarakat (Driyarkara, 1980). Setiap daerah memiliki kesenian khas yang menjadi ikon di wilayahnya, termasuk di Desa Sukadana terdapat kesenian yang cukup terkenal yaitu kesenian gotong singa (sisingaan). Seni gotong singa (sisingaan) berasal dari Subang Jawa barat lalu menyebar ke setiap daerah di Tatar Sunda (Kurnia, 2003). Mengutip dari laman Ditjen Kebudayaan bahwa Seni Gotong Singa Kesenian ini lahir sekitar tahun 1840 sebagai bentuk perlawanan kepada penjajahan Belanda (Alamsyah, 2015), setelah itu seni ini menyebar ke sejumlah daerah termasuk ke Tatar Galuh Ciamis.
![](https://nonomangaluh.or.id/wp-content/uploads/2024/01/IMG-20210905-WA0020-1024x639.jpg)
Salah satu penggiat seni gotong singa di Tatar Galuh ialah Lingkung Seni Singa Lugay Sukadana. Bapak Dikdik (64) selaku Ketua Lingkung Seni Singa Lugay Sukadana, menuturkan bahwa, “Seni gotong singa ini terlahir pada zaman penjajahan Belanda. Seni ini sebagai simbol perlawanan masyarakat Sukadana terhadap pemerintahan kolonial Belanda dan Inggris kala itu”. Singa Lugay mulai berkembang di Sukadana pada tahun 19670-an dan terus berkembang hingga masa kejayaannya sampai akhir 1990-an. Singa Lugay sempat pakum hingga tahun 2000-an hingga tahun 2015 terbentuklah Singa Lugay dengan personil perempuan sebagai bentuk emansipasi wanita dan menunjukan kembali eksistensinya di masyarakat.
Dalam penanampilannya saat ini, sejak tahun 2015 pertunjukkan Seni Singa Lugay dimainkan oleh para perempuan yang menggotongnya. Hal ini bisa menggambarkan bahwa kemampuan kaum wanita tidak kalah saing dengan kaum laki-laki. Sebagaimana dijelaskan oleh Rosa Tri Widiani (29) bahwa wanita juga harus mampu dalam segala bidang. Dalam penyelenggaraannya yang naik ke atas singaan adalah laki-laki atau perempuan, para penggotong tampil dengan pakaian yang rapih, indah dan riasan yang cantik. Mereka memiliki seragam yang sering digunakan dalam setiap acara, mulai dari pakaian bernuansa hitam, hijau dan kuning.
Pada saat ini kesenian tradisional seperti sisingaan jarang ditemukan karena hampir terkikis oleh kesenian modern yang lebih kontemporer. Saat ini, orang-orang lebih berminat terhadap kesenian modern dan berunsur luar negeri seperti k-pop, musik modern (pop, jaz, DJ, dll), dan pertunjukan yang ada di televisi. Ditengah persaingan yang ketat ini, sebagian warga Desa Sukadana tetap melestarikan, merawat dan mementaskan kesenian sisingaan ini. Bahkan hingga saat ini Singa Lugay terus berkembang meski terkalahkan oleh kesenian modern. Inovasi mulai dari kesetaraan gender hingga inovasi hiasan menjadi kunci eksistensi seni ini. Biasanya Lingkung Seni Singa Lugay ditampilkan diberbagai acara penting seperti penyambutan dalam acara pemerintahan, hari ulang tahun desa, hari perayaan, pernikahan, dan berbagai macam acara lainnya. Pertunjukan Singa Lugay ini dapat disaksikan oleh masyarakat luas dan kalangan lainnya tanpa batasan usia, ras, kasta ekonomi dan jenis kelamin.
![](https://nonomangaluh.or.id/wp-content/uploads/2024/01/12265612_1673917469556906_4336980417597440037_o-1024x683.jpg)
Generasi muda dapat membangkitkan kembali kemajuan kesenian daerah. Generasi muda dapat menarik orang-orang untuk kembali menikmati pertunjukan kesenian tradisonal seperti sisingaan ini dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia di zaman modern. Kita bisa menggunakan smartphone untuk merekam atau menangkap gambar pertunjukan kesenian sisingaan, lalu mempostingnya ke media sosial. Bahkan kita dapat melakukan live di berbagai medsos pada saat sisingaan ini sedang tampil sehingga orang-orang dapat melihatnya dengan mudah, dengan seringnya melihat dan menyaksikan segala kreatifitas sisingaan ini diharapkan orang-orang dapat menyukai kesenian tradisional ini. Singa Lugay menjadi salah satu penggiat seni yang terus melakukan inovasi dalam penampialnnya. Emansipasi wanita dan kesetaraan gender menjadi ciri khas dan inovasi yang mereka miliki. Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki keragaman budaya daerah yang khas, jangan sampai kesenian tradisonal daerah terhapuskan karena kepopuleran kesenian modern.
Penulis: Andin Keisya Putri (SMPN 1 Sukadana)